Orang-orang yang hati mereka keras, yang tidak mengenal kasih sayang dan tidak ada tempat untuk perasaan lembut di dalam dada mereka, mereka itu seperti batu yang keras, yang kering dari sifat memberi dan menerima, serta kikir terhadap kelemah lembutan jiwa dan perasaan yang manusiawi!
Adapun orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahi hati yang lembut dan kehalusan jiwa yang selalu mengalir, maka ia seorang yang memiliki hati yang menjadi panutan dan penyayang, yang diselimuti oleh rahmat dan digerakkan oleh perasaan yang lembut! Dari Anas, ia berkata :
“Bahwa Nabi mengambil anak beliau yang bernama Ibrahim, lalu mengecup dan menciumnya.”
(HR. Al Bukhari)
Curahan kasih sayang beliau ini bukanlah khusus terhadap kaum kerabat beliau saja, bahkan terhadap seluruh anak kaum muslimin.
Asma’ binti ‘Umais istri Ja’far berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masuk menemuiku, lalu beliau memanggil anak-anak Ja’far. Aku melihat beliau mencium mereka, kemudian kedua mata beliau berlinang air mata. Aku pun bertanya: ‘Wahai Rasulullah, apakah telah sampai kepadamu berita tentang Ja’far?’ Beliau menjawab: ‘Ya, ia telah gugur pada hari ini.’ Lalu kami pun menangis. Beliau lalu pulang dan berkata: ‘Buatkanlah untuk keluarga Ja’far makanan, karena sesungguhnya telah datang apa yang menyibukkan (hati) mereka.”
(HR. Ibnu Sa’ad, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Ketika kedua mata beliau berlinang air mata karena gugurnya mereka, bertanyalah Sa’ad bin Ubadah rahimahullah kepada beliau: “Wahai Rasulullah, engkau juga menangis?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:“Ini adalah kasih sayang yang Allah telah menjadikannya di hati-hati para hamba-Nya. Dan hanyalah Allah akan merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
(HR. Al Bukhari)
Akhlak Rasulullah yang agung itu merupakan pendorong (bagi kita) untuk meneladani akhlak tersebut dan menempuh langkah beliau! Karena kita berada di sebuah zaman yang di dalamnya kita merasakan telah hilangnya perasaan cinta kepada anak-anak dan sikap tidak menempatkan mereka pada posisinya. Padahal kelak mereka itu akan menjadi orang tua, dan mereka merupakan generasi umat ini, serta kebaikan bagi umat ini yang dinantikan.
Adapun Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh kunci itu berada di tangan dan lisan beliau. Itulah yang membuat anak-anak kecil kemudian mencintai, memuliakan, dan menghormati beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Nabi pun menempatkan anak muda pada tempat yang tinggi.
Anas apabila melewati anak-anak kecil, ia biasa menyalami mereka dan ia berkata: “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu melakukan perbuatan tersebut.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Meskipun anak kecil itu memiliki kondisi yang sulit dipahami, membuat lelah orang yang mengasuhnya, dan banyak tingkah, akan tetapi Rasulullah tidak pernah marah, membentak, maupun menghardik mereka. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap bersifat lemah lembut dan tenang (dalam menghadapi mereka).
Dari Aisyah radiallahu anha, bahwasanya dia berkata: “Dibawakan kepada nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beberapa anak kecil, lalu beliau mendoakan kebaikan untuk mereka. Kemudian dibawakan pula kepada beliau seorang anak kecil, lalu anak itu kencing di atas baju beliau. Maka beliau pun meminta air. Selanjutnya beliau memercikkan air pada baju (yang terkena air kencing) dan tidak mencucinya.”
(HR. Bukhari)
Tidaklah terlintas di benak anda wahai pembaca, untuk mau bermain dengan anak kecil anda, bersendau gurau, dan mendengarkan gelak tawa anak-anak anda, serta indahnya ungkapan mereka? Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan semua itu.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa ia berkata: “Rasulullah pernah bermain dengan Zainab binti Ummu Salamah seraya beliau berkata berkali-kali: ‘Wahai Zainab kecil, wahai Zainab kecil.’”
(As Silsilah Ash Shahihah no. 70)
Dan kasih sayang beliau terus menerus mengalir kepada anak-anak hingga di dalam ibadah yang agung. Sungguh telah disebutkan bahwa beliau pernah melakukan shalat dalam keadaan menggendong Umamah, anak Zainab binti Rasulullah, hasil pernikahannya dengan Abdul Ash bin Ar Rabi. Apabila beliau bangkit, digendongnya anak itu dan bila beliau sujud, anak itu diletakkan.
(HR. Bukhari Muslim)
Dari Mahmud bin Ar Rabi’ radhiallahu anhu bahwa ia berkata: “Aku teringat dari Rasulullah tentang satu semburan air yang pernah disemburkan beliau ke wajahku dari satu ember air yang berasal dari sebuah sumur di rumah kami dan ketika itu aku berusia lima tahun”
(HR. Bukhari Muslim)
Setelah kita mengetahui sebagian sifat-sifat beliau yang mulia dan kehidupan beliau yang harum, mudah-mudahan kita dapat menghidupkan kembali hati ini dan meneladani beliau dalam kehidupan. Sehingga rumah kita menjadi ramai oleh anak kecil yang membutuhkan kasih sayang orang tua dan sang ibu, serta menanamkan kebahagiaan di hati mungil mereka. Sehingga tumbuhlah anak kecil diatas keseimbangan kasih sayang dan akhlak yang akan memimpin umat ini sebagai seorang lelaki dewasa.
Dinukil dari: Yaumun fi Baitir Rasul, Asy-Syaikh Abdul Malik bin Muhammad Al Qasim, 20/111-118, cet. Darul Qasim Riyadh)
Sumber : al-jasary.blogspot.com
Terima Kasih Telah Membaca & Silakan berbagi dengan sahabat lainnya Sharing Informasi
0 komentar:
Post a Comment